KAJIAN KETAHANAN KONTRUKSI BANGUNAN JOGLO TERHADAP GEMPA BUMI
Saturday, January 19, 2013
Add Comment
Gempa bumi adalah getaran yang
terjadi permukaan bumi yang disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng
bumi). Dalam hal ini gempa bumi sering kali memakan korban jiwa diakibatkan
oleh kontruksi bangunan yang lemah terhadap gempa. Dari beberapa kejadian gempa
bumi yang terjadi di Indonesia, kita bisa melihat bahwa rumah- rumah hunian
yang ada banyak terjadi keruntuhan sehingga menimpa penghuninya dan menimbulkan
korban jiwa. Hal ini menunjukkan kelemahan kontruksi bangunan yang ada di
Indonesia dibandingkan dengan Negara- Negara lain seperti jepang.
Gempa bumi Yogyakarta pada tahun 2006 merupakan contoh
dari gempa merusak yang kerap menjadi latar belakang penelitian oleh beberapa
peneliti. Gempa tersebut mengakibatkan kerugian yang besar bagi masyarakat DIY
dan sekitarnya. Akibat gempa bumi ini banyak bangunan rumah- rumah warga yang rusak. Kebanyakan kerusakan yang terjadi adalah pada
bangunan rumah yang berstruktur berat seperti rumah berdinding batu bata dan
beton, rumah bertingkat dengan ukuran kolom yang tidak memadai, dll. Akan
tetapi ada bangunan yang tidak mengalami kerusakan berat ketika terjadi gempa
bumi di Yogyakarta tahun 2006 yaitu rumah tradisional jawa joglo.
Rumah joglo
merupakan rumah tradisional jawa yang sudah terkenal di seluruh nusantara
dengan bentuk atap yang khas. Di bawah atap yang khas, kita melihat terdapat
kontruksi pembentuk atap yang tersusun dari balok- balok kayu yang besar.
Bentuk Joglo mempunyai sistem struktur penahan beban
lateral yang berbeda dengan rumah tradisional Jawa lainnya. Perbedaan itu
terletak pada struktur penahan gaya lateral melalui pembebanan pusat bangunan
yang berupa soko guru dan tumpang sari (Frick, 1998), dengan tujuan agar
bangunan menjadi berat dan stabil bila terkena gaya lateral. Kestabilan
kuda-kuda soko guru dijamin dengan angka keamanan yang cukup tinggi (Ronald,
1988). Jumsai (1988) menyatakan bahwa rumah-rumah tradisional di Siam dan
Pasifik Barat cenderung berkonstruksi dan berbahan ringan (lightweight construction-organic).
Pada bentuk Joglo sebaliknya, terkesan berkonstruksi berat walaupun berbahan ringan
(kayu).
Hal ini menjadi pertanyaan, karena salah satu usaha
untuk mengurangi efek gaya inersia adalah dengan meringanlenturkan struktur
konstruksi, sedangkan pada rumah Joglo berlawanan. Struktur atap Joglo seperti
payung (umbrella system) (Pont, 1923) sehingga diperkirakan beban ini selaku pendulum
untuk balancing system terhadap gaya gempa. Penggunaan umpak diasumsikan
sebagai selected base isolation agar mengurangi getaran tanah pada bangunan
keseluruhan. Hal ini karena bangunan Jawa merupakan organisme yang utuh (DPU,
tt) dan menerapkan sistem meru
(kepala; atap, badan : tiang, kaki: umpak) (Frick, 1997), sehingga bangunan terbagi
3 bagian yang dihubungkan dengan sambungan. Dalam kaitan konstruksi tahan
gempa, sambungan antar elemen merupakan titik kritis.
Bangunan rumah joglo yang menggunakan struktur
penyangga atap yang terlihat berat dengan balok- balok kayu yang besar secara
filosofi maka akan terjadi kerusakan yang parah terhadap gempa. Namun pada kasusnya kerusakan yang terjadi
pada gempa 2006 di Yogyakarta tidak ditemukannya kerusakan yang berat
dibandingkan dengan rumah- rumah selain joglo.
SELENGKAPNYA ADA DI SINIIIII
0 Response to "KAJIAN KETAHANAN KONTRUKSI BANGUNAN JOGLO TERHADAP GEMPA BUMI"
Post a Comment